Sebagaimana hal yang telah maklum,
bahwa pada dasarnya setiap tempat, daerah dan peristiwa yang terjadi di dunia ini tidaklah timbul
begitu saja, begitu pula halnya dengan Kampung Bantargebang, telah mengalami
proses sejarah, mulai dari asal-usul hingga perubahan letak wilayah dan
pergantian Pimpinan serta pemberian namanya.
Menurut sebuah sumber, berdasarkan keterangan dari salah
seorang Penduduk asli “Sesepuh“ kampung Bantargebang ketika itu yang bernama “M.
Asmat“ (Masyarakat Bantargebang mengenalnya dengan (Mu’alim Asmat)
Dahulu
pada sekitar abad ke 16 sebelum berdirinya Pemerintahan Kolonial Belanda di
Indonesia, kampung ini (Sekarang Bantargebang) kedatangan seorang
Laki-laki bernama Sarif Hidayat, seorang menantu Raja Fatah (Raja Demak) yang kala itu diutus untuk mengurus Pemerintahan dan menyebarkan Agama
Islam ke daerah Cirebon, Tasikmalaya dan Banten, karena pada waktu itu daerah
tersebut masyarakatnya masih memeluk Agama Budha.
Konon pada suatu peristiwa ada seorang anak kecil yang manangis hebat setelah disunat pada suatu hajatan (Resepsi ketika itu), semua orang dibuat bingung oleh permintaan anak kecil
tersebut. ketika semua orang kebingungan muncullah Syarif Hidayat yang
memberitahu bahwa anak kecil meminta BAN (Sabuk) dan menyuruhnya
mengambil disebuah pohon GEBANG yang ada di PELATARAN (halaman)
Dengan ketidakpercayaan semua
orang yang ada ditempat itu, diambillah Ban tersebut dan diberikan kepada anak yang menangis itu, dan seketika itu juga anak itu menghentikan tangisnya.
Sejak itulah masyarakat kagum akan kearifan dan kesaktian Syarif Hidayat, hingga masyarakat menamakan kampung ini menjadi
“ Kampung Bantargebang “ yang
berasal dari kata :
BAN :
Yang artinya Sabuk atau Amben.
LATAR : Artinya Tempat atau Pelataran.
GEBANG : Yaitu Pohon yang namanya Pohon
Gebang.
Kemudian Syarif Hidayat menetap hingga Wafatnya
dikampung Bantargebang, dengan nama “ Embah Kiyai Wali Husen (Embah Husen)
Desa Bantargebang
dibentuk oleh Pemerintah pada tahun 1949, yang terdiri dari 2 (dua) kampung
yaitu Kampung Bantargebang dan Kampung Cikiwul, yang masing-masing
diperintah oleh seorang Kumico (Mandor)
Pada tahun 1942 setelah
Belanda menyerah kepada Jepang.Kampung Bantargebang diperintah oleh Bapak
Saiten. dan Kampung Cikiwul diperintah oleh Bapak H. Patonah (H. Baja).
Kemudian pada tahun 1950, kedua kampung tersebut disatukan, sebagai sebuah Desa, selanjutnya diadakan Pemilihan Kepala Desa, yang Calonnya
pada waktu itu adalah :
Bapak
Saiten, dari Kampung Bantargebang; dan
Bapak
H. Patonah (H. Baja) dari
Kampung Cikiwul.
Pemilihan dimenangkan oleh Bapak Saiten,
dan nama Desanya “Sukawayahna“, namun kemudian hasil dari rumusan tokoh
Masyarakat diganti menjadi “ Layungsari “.
Pertama kali Kantor Desa Layungsari
terletak di Pangkalan II (Dua) Blok Icon, hingga kemudian pada Tahun 1954 dipindahkan
ke Kampung Bantargebang hingga saat ini.
Bapak Saiten, memerintah Desa Layungsari sampai dengan tahun
1966, selanjutnya pada Tahun 1967 Desa
Layungsari diperintah oleh Bapak Abdul Wahir, (Stap Koramil dari
Kecamatan Setu) hinga tahun 1968.
Pada Tahun 1968, Desa Layungsari
diperintah oleh Bapak M. Anim (H.M. Anim) sampai dengan tahun 1980.
Kemudian pada Bulan April 1981 Desa
Layungsari diperintah oleh Bapak H.M. Nurhasanuddin Karim,
Pada Tanggal 1 April 1983 Desa Layungsari dipecah atau dimekarkan
menjadi 2 (dua) Desa yaitu :
Desa
Cikiwul, diperintah oleh M. Harun, dan
Desa
Bantargebang diperintah oleh H.M.Nurhasanuddin Karim sampai dengan pertengahan tahun 1998, dan pada tahun tersebut mengundurkan diri dari Jabatan Kepala Desa Bantargebang.
Pada tahun tersebut pula (1998) atas penunjukan Pemerintah Kecamatan Bantargebang, Desa Bantargebang dijabat oleh Cecep Suherlan (Sekretaris Kecamatan Bantargebang) sebagai Pjs Kepala Desa Bantargebang, sampai dengan Agustus
2002.
Dan berdasarkan Perda Kota Bekasi Nomor 02 Tahun 2002 Tentang Penetapan
Kelurahan, maka seluruh desa yang ada di Kota Bekasi berubah status
menjadi kelurahan, sehingga Desa Bantargebang pun berubah Statusnya menjadi
Kelurahan Bantargebang.
- Pada 17 Agustus 2002, Kelurahan
Bantargebang dipimpin oleh Drs.H.Abdillah
Hamta, sampai dengan 30
Maret 2004.
- Kemudian 1 April 2004, dipimpin oleh Drs. Arkadi, hingga Maret 2006.
- Dari April 2006 Kelurahan Bantargebang dipimpin
oleh Jaja Suharja, hingga 22
Desember 2008.
- Dan dari 23 Desember 2008, dipimpin Rondi Sahidin, S.IP, sampai dengan 25 September 2013
- Mulai 25 September 2013, dipimpin oleh Prabu BR, S.STP hingga saat ini.